MANUSIA DAN KEGELISAHAN
A. Pengertian Kegelisahan
Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa kawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.
Kegelisahan
hanya dapat diketahui dari gejala tingkah laku atau gerak gerik seseorang dalam
situasi tertentu. Gejala tingkah laku atau gerak-gerik itu umumnya lain dari
biasanya, misalnya berjalan,mundar-mandir dalam ruang tertentu sambil
menundukan kepala memandang jauh kedepan sambil mengepal-ngepal tangannya,
duduk termenung sambil memegang kepalanya, duduk dengan wajah murung atau sayu,
malas bicaran dan lain-lain.
Kegelisahan
merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan
sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan. Kekawatiran ataupun
ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkait juga dengan masalah
frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami
frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.
Kegelisahan
merupakan penyakit jiwa yang paling sering terjadi di masyarakat, bahkan jumlah
orang yang rutin melakukan pemeriksaan jiwa dan saraf, serta mereka yang
mengalami problem-problem psikologis—terutama kegelisahan—terus bertambah. Hal
ini ditegaskan oleh penelitian-penelitian yang dilakukan di Amerika dan
Inggris. Badan statistik di Amerika mengungkapkan bahwa 85% orang yang sakit
jiwa terkena kegelisahan. Secara umum kegelisahan terjadi pada anak-anak kecil,
atau pada masa-masa puber dan awal-awal menginjak dewasa, atau pada orang-orang
yang sudah lanjut usia, atau juga pada sebagian besar siswa dan pelajar.
Kegelisahan
tidak lain adalah reaksi natural psikologis dan phisiologis akibat ketegangan
saraf dan kondisi-kondisi kritis atau tidak menyenangkan. Pada masing-masing
orang terdapat reaksi yang berbeda dengan yang lain, tergantung
faktor-faktornya, dan itu wajar. Adapun bahwa manusia selalu merasa gelisah
hingga membuatnya mengeluarkan keringat dingin, jantungnya berdetak sangat
kencang, tekanan darahnya naik pada kondisi apa pun; maka ini sebenarnya sudah
melewati batas rasional.
Sebenarnya
terdapat “kegelisahan” yang dibutuhkan untuk menumbuhkan semangat dalam
menghadapi tantangan, untuk menjaga keseimbangan dinamika internal atau untuk
meneguhkan diri, bahkan untuk menggapai ketenangan jiwa—yang merupakan tujuan
setiap manusia—dan untuk meraih kesuksesan dalam mengarungi kehidupan.
Sedangkan
“kegelisahan negatif” (al-qalq as-salabĂ®y) adalah kegelisahan yang
berlebih-lebihan, atau yang melewati batas, yaitu kegelisahan yang berhenti
pada titik merasakan kelemahan, di mana orang yang mengalaminya sama sekali
tidak bisa melakukan perubahan positif atau langkah-langkah konkret untuk
berubah atau mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu kegelisahan dalam
‘menanti-nanti’ sesuatu yang tidak jelas atau tidak ada.
“Kegelisahan
positif” merupakan dasar kehidupan atau sebagai kesadaran yang dapat menjadi
spirit dalam memecahkan banyak permasalahan, atau sebagai tanda peringatan,
kehati-hatian dan kewaspadaan terhadap bahaya-bahaya atau hal-hal yang datang
secara tiba-tiba dan tak terduga.
Sigmund
Freud ahli psikoanalisa berpendapat bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa
manusia yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik dan kecemasan
moril.
B. Tiga Macam Kecemasan Manusia :
1. Kecemasan Obyektif
Kecemasan
tentang kenyataan adalah suatu pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan
atau suatu bahaya dalam dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam
lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya
dan timbul kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, dalam arti kata, bahwa
seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat
dengan benda-benda tertentu dari lingkungannya.
Kenyataan yang pernah dialami seseorang misalnya pernah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutan itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan, seseorang wanita yang pernah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pernah memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah kemudian yang disebut stess. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu ia sudah dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas bila berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada pula yang memberikan reaksi membalik, karena ia mendendam, maka ia berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagai pelampiasannya.
Kenyataan yang pernah dialami seseorang misalnya pernah terkejut waktu diketahui dipakaiannya ada kecoa. Keterkejutan itu demikian hebatnya, sehingga kecoa merupakan binatang yang mencemaskan, seseorang wanita yang pernah diperkosa oleh sejumlah pria yang tidak bertanggung jawab, sering ngeri melihat pria bila ia sendirian, lebih-lebih bila jumlahnya sama dengan yang pernah memperkosanya. Kecemasan akibat dari kenyataan yang pernah dialami sangat terasa bilamana pengalaman itu mengancam eksistensi hidupnya. Karena seseorang tidak mampu mengatasinya waktu itu, terjadilah kemudian yang disebut stess. Kecemasan yang dialami oleh seorang bayi atau anak kecil sangat berkesan akan nampak kembali pada waktu ia sudah dewasa, misalnya ia mendapat perlakuan yang kejam dari ayahnya. Mungkin ia selalu cemas bila berhadapan dengan orang yang seusia ayahnya, tetapi ada pula yang memberikan reaksi membalik, karena ia mendendam, maka ia berusaha selalu untuk ganti berbuat kejam sebagai pelampiasannya.
2. Kecemasan Neoritis (syaraf)
Kecemasan
ini timbil kareana pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund
Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni :
Kecemasan
yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan. Kecemasan timbul karena
orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau akan id-nya sendiri, sehingga
menekan dan menguasai ego. Kecemasan semacam ini menjadi sifat dari seseorang
yang gelisah, yang selalu mengira bahwa sesuatu yang hebat akan terjadi.
Bentuk
ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah
bentuk intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang
ditakutkannya, misal seorang gadis takut memegang benda yang terbuat dari
karet. Ia tidak mengetahui sebab ketakutan tersebut, setelah dianalisis, ketika
masih kecil dulu ia sering diberi balon karet ayahnya, satu untuk dia dan satu
untuk adiknya. Dalam suatu pertengkaran ia memecahkan balon adiknya, sehingga
ia mendapat hukuman yang keras dari ayahnya.
Hukuman
yang didapatnya dan perasaan bersalah menjadi terhubung dengan balon karet.
Rasa
takut lain aialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara
tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan
meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan
neoritis yang sangat menyakitkan dengan jalan sesuatu yang dikehendaki oleh id
meskipun ego dan superego melarangnya.
3. Kecemasan moril
Kecemasan
moril disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam
emosi antara lain : iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, rasa
kurang.
Rasa
iri, benci, dendam, itu merupakan sebagaian dari pernyataan individu secara keseluruhan
berdasarkan konsep kurang sehat. Oleh karena itu sering alasan untuk iri,
benci, dengki itu kurang dapat dipahami.
Sifat-sifat
seperti ini adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan
merasa khawatir, takut, cemas, gelisah dan putus asa. Misal seseorang yang
merasa dirinya kurang cantik, maka pergaulannya ia terbatas kalau tidak
tersisihkan sementara itu ia pun tidak berprestasi dalam berbagai kegiatan,
sehingga kawan-kawannya lebih dinilai sebagai lawan. Ketidak mampuannya menyamai
kawan-kawannya demikian menimbulkan kecemasan moril.
C. Penyebab Kegelisahan
Apabila kita kaji sebab-sebab orang gelisah adalah karena pada hakekatnya orang takut kehilangan hak-haknya. Hal itu adalah akibat dari suatu ancaman, baik ancaman dari luar maupun dari dalam.
Contoh
: Bila ada suatu tanda bahaya (bahaya banjir, gunung meletus, atau perampokan)
orang tentu akan gelisah. Hal ini disebabkan karena bahaya itu mengancam akan
hilangnya beberapa hak orang sekaligus, misalnya hak hidup, hak milik, hak
memperoleh perlindungan, hak kemerdekaan hidup, dan mungkin hak nama baik.
D. Mengatasi Kegelisahan
Di dunia ini tidak ada seorang manusia pun yang tidak merasakan kegelisahan. Kalau kita melihat seluruh makhluk yang hidup di muka bumi ini akan kita dapati bahwa manusia dengan tabiatnya senantiasa dipengaruhi oleh kompleksitas ketakutan yang menuntunnya ke ambang kegelisahan.
Orang-orang
di sekeliling kita—bahkan dalam diri kita sendiri—, baik besar, kecil,
laki-laki maupun perempuan, semuanya merasakan ketakutan atau kegelisahan;
kegelisahan merupakan fenomena umum dan ciri khas yang hanya dimiliki manusia.
Hal ini kiranya memerlukan semacam kesadaran dari kita guna memikirkan
kiat-kiat untuk menghindarinya, paling tidak dengan itu kita bisa membayangkan
kejadian-kejadian yang belum terjadi dan bagaimana cara menanggulanginya. Sebab
pada hakikatnya kegelisahan merupakan reaksi natural terhadap faktor-faktor dan
pengaruh-pengaruh internal maupun eksternal.
Setiap
orang, sesuai dengan kemampuannya masing-masing, berupaya mengekspresikan
kegelisahannya sebagai akibat dari pengaruh-pengaruh emosional reaktif yang
dikhayalkan akan mengancam kehidupan atau ketenangannya.
Tentu
saja kegelisahan yang dialami setiap orang tidaklah sama, tergantung kepribadian,
kebutuhan, keadaan, dan tanggung jawab masing-masing. Di samping kondisi masa
kini serta tingkat keberagamaan mereka.
Di
masa lalu, marabahaya yang ditakutkan berupa kelaparan, penyakit, perbudakan,
peperangan dan bencana-bencana alam yang menggiring manusia kepada kegelisahan.
Sementara saat ini terdapat banyak sekali motif yang menjadi pemicu ketakutan.
Secara garis besar; seiring dengan komplikasi peradaban, cepatnya laju
perkembangan teknologi dan sosial, sulitnya untuk beradaptasi dengan pembentukan
budaya yang sangat mengejutkan, perubahan-perubahan besar yang terjadi pada
alam atau negara-negara atau setiap individu dari kita, perselisihan dalam
rumah tangga, sulitnya mewujudkan keinginan-keinginan pribadi karena
godaan-godaan dan cobaan-cobaan hidup yang semakin kuat, lemahnya nilai-nilai
keagamaan pada sebagian orang—yang mana ini merupakan faktor terpenting dan
utama—, lahirnya banyak ideologi dan konflik, benturan pemikiran dan
kebudayaan, bahkan enggannya sebagian orang untuk menjalankan ajaran-ajaran
agama, munculnya upaya-upaya untuk menjauhkan agama dari kehidupan manusia
serta ketidakjelasan tujuan, seiring dengan itu semua, kegelisahan datang
menghimpit banyak orang sehingga ia menjadi penyakit jiwa yang umum terjadi dan
sekaligus menjadi pemicu bagi timbulnya penyakit-penyakit jiwa lainnya.
Selain
itu, bertambahnya tingkat ketergantungan terhadap dunia berikut
materi-materinya telah menjadi ancaman terbesar bagi manusia, yang mana dia
menjadi sasaran ‘empuk’ ketakutan dan kegelisahan.
Kegelisahan
dan ketakutan yang terjadi secara berulang-ulang—seperti ditegaskan oleh banyak
peneliti—akan berakumulasi di dalam diri manusia hingga meluap dan efek-efeknya
dapat dirasakan oleh tubuh. Sebagaimana endapan lumpur yang terus-menerus mengikuti
alur sungai untuk kemudian berakumulasi secara perlahan di dasarnya, dan ketika
kuantitasnya melebihi daya tampung alur sungai tersebut, maka ia akan merubah
alur sungai yang membawanya itu sehingga terjadilah banjir yang menyebarkan
marabahaya dan kerugian.
Contoh-contoh
kegelisahan
Contoh
– contoh kegelisahan menurut pendapat saya pun sangat banyak sekali.
Misalnya saja gelisah karena bingung bagaimana cara menyatakan perasaan untuk
orang yang disukainya. Biasanya hal ini banyak menimpa remaja – remaja.
Walaupun hal tersebut tidak sewajarnya terlalu dipikirkan oleh usia – usia
remaja, namun hal ini dapat menyita konsentrasi remaja tersebut. Maka dari itu,
saya menganjurkan untuk para remaja yang sedang menyukai seseorang, untuk
menyatakan perasaannya agar konsentrari tidak dikacaukan kegelisahan. Karena
saya sendiri masih remaja, dan mengerti pemikiran setiap remaja.
Contoh
lain adalah kegelisahan menunggu pengumuman. Entah itu pengumuman kelulusan,
pengumuman penerimaan, pangumuman apapun. Banyak cara yang dapat saya sarankan
untuk sedikit mengatasi kegelisahan itu. Misalnya dengan berlibur kerumah
saudara, ataupun ketempat liburan favorit. Namun sebenarnya ada satu hal yang
memang manjur untuk meredam kegelisahan, yaitu dengan memasrahkan semuanya
kepada yang maha kuasa atas segala rencana dan harapan kita. Karena, dengan
memasrahkan segala nya kepada Tuhan yang maha esa, maka kita akan dapat
mengambil nilai penting bila yang kita inginkan belum terwujud, yaitu karena
keinginan kita itu memang bukan yang terbaik untuk kita. Percayalah, setiap
keputusan dari Tuhan adalah memang yang terbaik untuk kita.
Kegelisahan
dalam diri manusia dapat timbul sewaktu – waktu tanpa atau dengan diharapkan
kehadirannya. Banyak faktor yang yang mempengaruhi dan menimbulkan kegelisahan
dalam diri manusia. Adanya rasa gelisah yang dirasakan dan dialami oleh manusia
pada dasarnya disebabkan oleh manusia itu sendiri karena semua manusia memiliki
hati, perasaan dan pikiran. Selama hidupnya, manusia pasti pernah mengalami
kegelisahan baik intensitasnya sering ataupun jarang. Tingkat kegelisahan
manusia berbeda-beda , tergantung dari usia orang itu. Semakin dewasa umur kita, semakin tinggi pula tingkat kecemasannya. Hal itu disebabkan karena semakin
dewasanya umur seseorang, semakin besar pula masalah yang dihadapinya. Masalah
tersebut bisa membuat manusia menjadi gelisah dan membuat hati pun tidak
tenang. Namun anak-anak pun bisa mengalami kegelisahan namun tingkat
kegelisahannya lebih rendah dari orang dewasa. Jika kegelisahan itu tidak
teratasi dengan baik maka bisa menimbulkan rasa stress pada orang tersebut.
Rasa stress itu terjadi akibat seseorang tidak bisa menyelesaikan masalah yang
sedang di hadapinya. Kegelisahan sifatnya tidak permanen dan bisa diatasi dengan
bercerita kepada seseorang untuk membantu menyelesaikan masalah yang kita
hadapi yang membuat kita gelisah. Kita bisa menceritakan kegelisahan kita untuk
menghilangkan rasa yang sedang kita rasakan dan membuat hati menjadi tenang
kembali. Dengan bercerita kepada seseorang yang kita percayai , rasa gelisah
itu pasti akan hilang. Karena bercerita dengan seseorang bisa menghilangkan
masalah yang sedang terjadi.
Sumber:
No comments:
Post a Comment