Saturday, December 22, 2012

Apa yang terjadi?



KURANGNYA PERHATIAN ORANG TUA DAN LEMBAGA PENDIDIKAN YANG BERUJUNG MAUT PADA ANAK

            Maraknya kasus tawuran dan kerusuhan yang terjadi di negeri ini membuat saya berpikir, “apa yang sebenarnya terbesit di dalam pikiran anak – anak itu? Mengapa mereka bisa bertindak anarkis seperti itu?”. Beribu tanya ada di dalam pikiran saya. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian orang tua pada anak. Apabila orang tua sibuk dengan pekerjaannya otomatis orang tua tidak memiliki banyak waktu untuk anaknya, sehingga anak merasa diabaikan dan tidak diperhatikan. Orang tua pun tidak bisa mengontrol anaknya yang sudah terlanjur berulah seperti itu. Pola asuh orang tua yang salah akan mempengaruhi tingkah laku anak. Namun kita juga tidak bisa sepenuhnya menyalahkan orang tua dalam mendidik, karena masih ada lembaga pendidikan atau sekolah yang turut serta membentuk kepribadian anak di luar asuhan orang tua di rumah. Disinilah peran guru – guru dibutuhkan dalam mendidik siswanya. Disaat orang tua tidak bisa mengontrol anaknya secara langsung, guru lah yang berperan untuk mengajarkan siswa/i nya mana perilaku yang baik dan buruk dan juga mengajarkan pendidikan karakter. Tujuan anak bersekolah adalah untuk menimba ilmu agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik, namun tampaknya tidak semua anak dapat mewujudkan itu. Karena sebaliknya, banyak juga anak yang justru merusak masa depan dan menjadi perusak generasi bangsa dengan melakukan tindakan anarkis. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Berikut adalah contoh kasus tawuran antar pelajar di tahun 2010 :
            detikcom - Jakarta, Polres Jakarta Timur menangkap seorang pelajar SMP di Cipayung, IL (16), Jumat (26/11/2010) sore. IL diduga menganiaya Mangapu Rizki (14), pelajar SMP 272 Lubang Buaya sehingga tewas.
“Pelaku ditangkap Jumat sore pukul 16.00 WIB kemarin,” kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur, Kompol Dodi Rahmawan kepada detikcom, Sabtu (27/11/2010).
Dodi menduga pelaku telah mengincar korban sejak lama. Pasalnya antara sekolah korban dan pelaku kerap terjadi tawuran. Sehari sebelum dibekuk, tawuran kembali pecah di wilayah Cipayung.
“Kejadian tawuran Kamis (25/11), pelaku sudah mengincar korban terlebih dulu,” jelas Dodi.
Pelaku membacok korban dari belakang. Saat itu pelaku membacokkan clurit yang dibawanya saat korban tenga berjalan di Jalan Laksamana RT 11 RW 4, Bambu Apus, Cipayung.
“Pelaku dibonceng rekannya dengan menggunakan motor dan membacokan celurit yang telah disiapkannya,” tutur Dodi.
Rizki meregang nyawa di RS Persahabatan dengan luka bacok di punggungnya. Polisi menyita satu buah clurit, satu unit motor.
Kasus ini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polres Jakarta Timur. “Pelaku dijerat Pasal 80 ayat 3, UU RI No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, diancam pidana paling lama 10 tahun,” ujar Dodi saat dikonfirmasi via pesan singkat.
            Peristiwa seperti ini sangat disayangkan, sebab banyak pula anak yang baik menjadi korban. Terkadang mereka tak paham apa yang terjadi, tahu-tahu sekolah mereka diserang, dan mereka dipaksa untuk mempertahankan diri. Kalau sudah begitu jelas peran guru dan orang tua sangat penting. Juga peran masyarakat untuk segera menginformasikan kepada pihak sekolah bila ada terjadi tawuran. Sekolahpun harus menindak tegas pelaku tawuran, dan kalau perlu mengeluarkannya dari sekolah bila surat teguran dan pembinaan yang dilakukan sudah tidak mempan lagi. Tetapi yang jelas pembinaan kepada peserta didik yang bermasalah harus menjadi perhatian serius agar mereka tak menjadi sampah masyarakat. Bila kita melihat anak yang seperti ini, pastilah kondisi kejiwaan atau psikologis anak tersebut kacau, dan harus ditangani dengan segera. Namun sayangnya, hanya sedikit guru atau lembaga yang mau turun tangan menangani hal ini.
            Kejahatan yang terjadi di masyarakat, seringkali diakibatkan oleh mereka yang memang ketika sekolahnya kurang mendapatkan perhatian, dan wajar saja bila mereka akhirnya menjadi orang jahat. Sebab bagi mereka, kejahatan seolah-olah sudah menjadi teman mereka. Perlu penanganan serius agar mereka menyadari akan kesalahannya.
Jangan biarkan anak-anak muda itu menjadi jahat dengan nafsu membunuh. Guru dan orang tua harus segera memberi pengertian akan bahaya tawuran. Di sinilah komunikasi antara guru dan orang tua sangat diperlukan.

No comments:

Post a Comment