KURANGNYA PERHATIAN ORANG TUA DAN
LEMBAGA PENDIDIKAN YANG BERUJUNG MAUT PADA ANAK
Maraknya kasus tawuran dan kerusuhan
yang terjadi di negeri ini membuat saya berpikir, “apa yang sebenarnya terbesit
di dalam pikiran anak – anak itu? Mengapa mereka bisa bertindak anarkis seperti
itu?”. Beribu tanya ada di dalam pikiran saya. Mungkin salah satu penyebabnya
adalah kurangnya perhatian orang tua pada anak. Apabila orang tua sibuk dengan
pekerjaannya otomatis orang tua tidak memiliki banyak waktu untuk anaknya,
sehingga anak merasa diabaikan dan tidak diperhatikan. Orang tua pun tidak bisa
mengontrol anaknya yang sudah terlanjur berulah seperti itu. Pola asuh orang
tua yang salah akan mempengaruhi tingkah laku anak. Namun kita juga tidak bisa
sepenuhnya menyalahkan orang tua dalam mendidik, karena masih ada lembaga
pendidikan atau sekolah yang turut serta membentuk kepribadian anak di luar
asuhan orang tua di rumah. Disinilah peran guru – guru dibutuhkan dalam
mendidik siswanya. Disaat orang tua tidak bisa mengontrol anaknya secara
langsung, guru lah yang berperan untuk mengajarkan siswa/i nya mana perilaku
yang baik dan buruk dan juga mengajarkan pendidikan karakter. Tujuan anak
bersekolah adalah untuk menimba ilmu agar menjadi generasi penerus bangsa yang
baik, namun tampaknya tidak semua anak dapat mewujudkan itu. Karena sebaliknya,
banyak juga anak yang justru merusak masa depan dan menjadi perusak generasi
bangsa dengan melakukan tindakan anarkis. Kondisi ini sangat memprihatinkan.
Berikut adalah contoh kasus tawuran antar pelajar di tahun 2010 :
detikcom - Jakarta, Polres Jakarta
Timur menangkap seorang pelajar SMP di Cipayung, IL (16), Jumat (26/11/2010)
sore. IL diduga menganiaya Mangapu Rizki (14), pelajar SMP 272 Lubang Buaya
sehingga tewas.
“Pelaku ditangkap Jumat sore pukul 16.00 WIB kemarin,” kata
Kasat Reskrim Polres Jakarta Timur, Kompol Dodi Rahmawan kepada detikcom, Sabtu
(27/11/2010).
Dodi menduga pelaku telah mengincar korban sejak lama.
Pasalnya antara sekolah korban dan pelaku kerap terjadi tawuran. Sehari sebelum
dibekuk, tawuran kembali pecah di wilayah Cipayung.
“Kejadian tawuran Kamis (25/11), pelaku sudah mengincar
korban terlebih dulu,” jelas Dodi.
Pelaku membacok korban dari belakang. Saat itu pelaku
membacokkan clurit yang dibawanya saat korban tenga berjalan di Jalan Laksamana
RT 11 RW 4, Bambu Apus, Cipayung.
“Pelaku dibonceng rekannya dengan menggunakan motor dan
membacokan celurit yang telah disiapkannya,” tutur Dodi.
Rizki meregang nyawa di RS Persahabatan dengan luka bacok di
punggungnya. Polisi menyita satu buah clurit, satu unit motor.
Kasus ini ditangani Unit Perlindungan Perempuan dan Anak
Polres Jakarta Timur. “Pelaku dijerat Pasal 80 ayat 3, UU RI No 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, diancam pidana paling lama 10 tahun,” ujar Dodi saat
dikonfirmasi via pesan singkat.
Peristiwa seperti ini sangat
disayangkan, sebab banyak pula anak yang baik menjadi korban. Terkadang mereka
tak paham apa yang terjadi, tahu-tahu sekolah mereka diserang, dan mereka
dipaksa untuk mempertahankan diri. Kalau sudah begitu jelas peran guru dan
orang tua sangat penting. Juga peran masyarakat untuk segera menginformasikan
kepada pihak sekolah bila ada terjadi tawuran. Sekolahpun harus menindak tegas
pelaku tawuran, dan kalau perlu mengeluarkannya dari sekolah bila surat teguran
dan pembinaan yang dilakukan sudah tidak mempan lagi. Tetapi yang jelas
pembinaan kepada peserta didik yang bermasalah harus menjadi perhatian serius
agar mereka tak menjadi sampah masyarakat. Bila kita melihat anak yang seperti
ini, pastilah kondisi kejiwaan atau psikologis anak tersebut kacau, dan harus
ditangani dengan segera. Namun sayangnya, hanya sedikit guru atau lembaga yang
mau turun tangan menangani hal ini.
Kejahatan
yang terjadi di masyarakat, seringkali diakibatkan oleh mereka yang memang
ketika sekolahnya kurang mendapatkan perhatian, dan wajar saja bila mereka
akhirnya menjadi orang jahat. Sebab bagi mereka, kejahatan seolah-olah sudah
menjadi teman mereka. Perlu penanganan serius agar mereka menyadari akan
kesalahannya.
Jangan biarkan
anak-anak muda itu menjadi jahat dengan nafsu membunuh. Guru dan orang tua
harus segera memberi pengertian akan bahaya tawuran. Di sinilah komunikasi
antara guru dan orang tua sangat diperlukan.
No comments:
Post a Comment