Friday, April 12, 2013

Ruang Lingkup IPA: Keanekaragaman Biota Laut



Ruang Lingkup IPA : Keanekaragaman Biota Laut



Dalam ekologi, biota adalah keseluruhan kehidupan yang ada pada satu wilayah geografi tertentu dalam suatu waktu tertentu. Pembatasan luas wilayah geografi atau cakupan waktu dapat bersifat lokal atau sesaat hingga keseluruhan planet atau rentang waktu yang panjang.

Laut merupakan sebuah ekosistem besar yang menjadi tempat hidup bagi berbagai macam biota laut, dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar, yang hidup di pesisir hingga hidup di laut dalam. Biota laut adalah berbagai jenis organisme hidup di perairan laut yang menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a.     Produsen, merupakan biota laut yang mampu mensintesa zat organik baru dari zat anorganik,
b.    Konsumen, merupakan biota laut yang memanfaatkan zat organik dari luar tubuhnya secara langsung.
c.     Redusen, merupakan biota laut yang tidak mampu menelan zat organik dalam bentuk butiran, tidak mampu berfotosintesis namun mampu memecah molekul organik menjadi lebih sederhana.

Penggolongan biota laut menurut sifat hidupnya dibedakan menjadi plankton, nekton dan bentos. Plankton merupakan semua biota yang hidup melayang di dalam air yang pergerakkannya ditentukan oleh lingkungannya. Kemudian nekton adalah semua biota yang dapat berenang bebas dan mengatur sendiri arah pergerakkannya dan bentos merupakan semua biota yang hidup didasar perairan baik membenamkan diri, menempel maupun merayap.

Perubahan kondisi laut yang terjadi dimasa lalu hingga saat ini ditambah dengan interaksi biota laut dalam pemangsaan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap daya adaptasi pada biota laut. Kemampuan adaptasi biota laut yang berlanjut dalam jangka waktu lama yang akhirnya menjadi sebuah evolusi menjadikan keanekaragaman biota laut menjadi tinggi. Selain itu, laut dengan berbagai kondisi fisik, kimia dan topografi menjadikan biota laut yang hidup didalamnya semakin beragam.Keragaman biota laut yang terdapat di wilayah perairan laut Indonesia begitu tinggi. Mulai dari ikan, moluska, krustasea, alga sampai dengan karang kesemuanya ditemukan di perairan laut Indonesia dengan jenis yang sangat beragam. Salah satu bukti tingginya keanekaragaman biota laut di Indonesia adalah dengan terbentuknya Coral Triangle Initiative (CTI) dan Indonesia termasuk didalamnya bersama beberapa negara lain seperti Filipina, Australia, Timor Leste, dan Papua Nugini. Lebih dari 500 jenis karang hidup di perairan Indonesia, khususnya di perairan laut wilayah timur Indonesia. Kondisi demikian memungkinkan biota laut lain yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang maupun yang hidup dan mencari makan pada ekosistem terumbu karang semakin beragam dan belum banyak diketahui. Hal ini mendorong para peneliti dari dalam negeri maupun luar Indonesia berlomba untuk menggali, mengetahui dan menemukan jenis-jenis biota laut baru.

Pengetahuan tentang cara mengenali biota laut kurang diminati, karena untuk mengetahui jenis atau nama spesies biota laut secara detil tidaklah mudah dan memerlukan waktu yang cukup panjang. Namun, hal ini sangat penting untuk dipelajari mengingat Indonesia adalah negara dengan megabiodiversity.

Terumbu karang

Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu. Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikro organisme yang hidup melayang di kolom perairan laut.

Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya. Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah lebih dari 60.000 km², yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).

Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu karang Dunia (Cesar 1997) dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Menurut Cesar (1997) estimasi jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.

Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya ikan, batu karang, pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota perairan lainnya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam pemanfaatan tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai penahan abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.



1.      Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).

2.      Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar 0.5­2 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

3.      Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau­pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)

4.      Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu (Aceh)
  
Sponges (Poriferans) 

Sponge adalah organisme dengan struktur tubuh yang tidak terlalu kompleks dibandingkan dengan semua organisme bersel banyak lainnya. Sponge umumnya terdiri atas suatu jaringan di lapisan luar (cortex) dan lapisan dalam yang berserabut dipenuhi dengan irisan-irisan silika atau kalsium karbonat. Banyak jenis sponge yang ditemui di habitat karang tubuhnya dipenuhi jaringan hidup bluegreen algae. Pada beberapa jenis sponge jaringan algae ini menyuplai hampir 100 % kebutuhan nutriennya. Diperkirakan terdapat sebanyak 10.000 spesies sponge di laut. Identifikasi sponge sering mengalami kesulitan karena spesies yang sama seringkali menunjukkan bentuk yang berbeda, tergantung pada kondisi habitatnya. Ditempat yang tenang dan terlindung, spesies yang sama akan dapat berbeda bentuknya bila berada di tempat yang berarus kuat di luar terumbu.

Dalam klasifikasinya, sponge termasuk filum Porifera, kelas Calcarea (Calcerous sponges); Demospongiae (horn sponges); Scleropongiae (Coralline atau tropical sponges) dan Hexactinellida (glass sponges). Umumnya sponge adalah golongan hermaprodit dan berkembang biak secara internal. Hasil pembuahan berbentuk larva kemudian dilepas berenang bebas dalam air dan melekat pada suatu substrat atau obyek yang keras (sessile) dan tumbuh sampai menjadi dewasa. Beberapa individu sponges berbiak secara asexual dengan cara fragmentasi, badannya yang terbawa arus air ke lokasi lain dan tumbuh menjadi sponge dewasa.



Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia tidak bisa dipungkiri bahwa negara ini memiliki keanekaragaman hayati laut yang banyak. Namun dengan seiringnya keanekaragaman hayati laut yang banyak tersebut banyak juga permasalahan yang harus dihadapi. Permasalahan utama yang dihadapi oleh Negara-negara yang memiliki keanekaragaman hayati laut adalah penurunan jumlah spesies biota-biota laut. Pada awal tahun 1980an, beberapa ahli di dunia mulai mengetahui bahwa spesies mulai mengalami kepunahan secara global tak hanya di Indonesia saja.

Kepunahan ini diketahui terjadi mulai dari 65 juta tahun yang lalu dimulai dari periode cretaceous dimana ditandai dengan kepunahan dinosaurus. Ini terjadi karena hasil dari perubahan iklim secara globak, perubahan geologi secara alami dan kejadian katalistatik. Dengan diketahuinya kepunahan pada spesies-spesies tertentu mulai lah digalahkan penyelamatan keanekaragaman hayati di laut maupun di darat. Keanekaragaman hayati laut dan pesisir mulai menjadi perhatian pada tahun-tahun ini. Karena ekosistem lautan memiliki lebih banyak spesies jika dibandingkan dengan ekositem yang berada di darat. Maka dari itu pemerintah mulai mengadakan save our world.

Sumber :



No comments:

Post a Comment