Ruang
Lingkup IPA : Keanekaragaman Biota Laut
Dalam ekologi, biota adalah keseluruhan kehidupan yang ada pada satu
wilayah geografi tertentu dalam suatu waktu tertentu. Pembatasan luas wilayah
geografi atau cakupan waktu dapat bersifat lokal atau sesaat hingga keseluruhan
planet atau rentang waktu yang panjang.
Laut merupakan sebuah ekosistem
besar yang menjadi tempat hidup bagi berbagai macam biota laut, dari yang
berukuran kecil hingga yang berukuran besar, yang hidup di pesisir hingga hidup
di laut dalam. Biota laut adalah berbagai jenis organisme hidup di perairan
laut yang menurut fungsinya digolongkan menjadi tiga, yaitu:
a. Produsen, merupakan biota laut yang
mampu mensintesa zat organik baru dari zat anorganik,
b. Konsumen, merupakan biota laut yang
memanfaatkan zat organik dari luar tubuhnya secara langsung.
c. Redusen, merupakan biota laut yang
tidak mampu menelan zat organik dalam bentuk butiran, tidak mampu
berfotosintesis namun mampu memecah molekul organik menjadi lebih sederhana.
Penggolongan biota laut menurut
sifat hidupnya dibedakan menjadi plankton, nekton dan bentos. Plankton merupakan
semua biota yang hidup melayang di dalam air yang pergerakkannya ditentukan
oleh lingkungannya. Kemudian nekton adalah semua biota yang dapat berenang bebas
dan mengatur sendiri arah pergerakkannya dan bentos merupakan semua biota yang
hidup didasar perairan baik membenamkan diri, menempel maupun merayap.
Perubahan kondisi laut yang terjadi dimasa lalu hingga saat
ini ditambah dengan interaksi biota laut dalam pemangsaan merupakan faktor yang
berpengaruh terhadap daya adaptasi pada biota laut. Kemampuan adaptasi biota
laut yang berlanjut dalam jangka waktu lama yang akhirnya menjadi sebuah
evolusi menjadikan keanekaragaman biota laut menjadi tinggi. Selain itu, laut
dengan berbagai kondisi fisik, kimia dan topografi menjadikan biota laut yang
hidup didalamnya semakin beragam.Keragaman biota laut yang terdapat di wilayah
perairan laut Indonesia begitu tinggi. Mulai dari ikan, moluska, krustasea,
alga sampai dengan karang kesemuanya ditemukan di perairan laut Indonesia
dengan jenis yang sangat beragam. Salah satu bukti tingginya keanekaragaman
biota laut di Indonesia adalah dengan terbentuknya Coral Triangle Initiative (CTI) dan Indonesia termasuk didalamnya
bersama beberapa negara lain seperti Filipina, Australia, Timor Leste, dan
Papua Nugini. Lebih dari 500 jenis karang hidup di perairan Indonesia,
khususnya di perairan laut wilayah timur Indonesia. Kondisi demikian
memungkinkan biota laut lain yang hidup berasosiasi dengan terumbu karang
maupun yang hidup dan mencari makan pada ekosistem terumbu karang semakin
beragam dan belum banyak diketahui. Hal ini mendorong para peneliti dari dalam
negeri maupun luar Indonesia berlomba untuk menggali, mengetahui dan menemukan
jenis-jenis biota laut baru.
Pengetahuan tentang cara mengenali biota laut kurang
diminati, karena untuk mengetahui jenis atau nama spesies biota laut secara
detil tidaklah mudah dan memerlukan waktu yang cukup panjang. Namun, hal ini
sangat penting untuk dipelajari mengingat Indonesia adalah negara dengan megabiodiversity.
Terumbu karang
Terumbu Karang merupakan salah satu komponen utama sumber
daya pesisir dan laut utama, disamping hutan mangrove dan padang lamun. Terumbu karang merupakan kumpulan fauna laut yang berkumpul menjadi satu membentuk terumbu.
Struktur tubuh karang banyak terdiri atas kalsium dan karbon. Hewan ini hidup dengan memakan berbagai mikro organisme
yang hidup melayang di kolom perairan laut.
Terumbu karang dan segala kehidupan yang ada didalamnya
merupakan salah satu kekayaan alam yang dimiliki bangsa Indonesia yang tak ternilai harganya.
Diperkirakan luas terumbu karang yang terdapat di perairan Indonesia adalah
lebih dari 60.000 km², yang tersebar luas dari perairan Kawasan Barat Indonesia
sampai Kawasan Timur Indonesia (Walters, 1994 dalam Suharsono, 1998).
Indonesia merupakan tempat bagi sekitar 1/8 dari terumbu
karang Dunia (Cesar 1997) dan merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman biota
perairan dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Terumbu karang mengandung berbagai manfaat yang sangat besar
dan beragam, baik secara ekologi maupun ekonomi. Menurut Cesar (1997) estimasi
jenis manfaat yang terkandung dalam terumbu karang dapat diidentifikasi menjadi
dua yaitu manfaat langsung dan manfaat tidak langsung.
Manfaat dari terumbu karang yang langsung dapat dimanfaatkan
oleh manusia adalah pemanfaatan sumber daya ikan, batu karang, pariwisata, penelitian dan pemanfaatan biota
perairan lainnya yang terkandung di dalamnya. Sedangkan yang termasuk dalam
pemanfaatan tidak langsung adalah seperti fungsi terumbu karang sebagai penahan
abrasi pantai, keanekaragaman hayati dan lain sebagainya.
1.
Terumbu
karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di
mayoritas pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai
kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju laut
lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang
ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang
mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah
secara vertikal. Contoh: Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2.
Terumbu
karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh
dari pulau, sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan
berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah
perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang
tumbuh di sekitar pulau sangat besar atau benua dan membentuk gugusan pulau
karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas
dari pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan
dengan daratan. Menurut Darwin, terumbu karang cincin merupakan proses lanjutan
dari terumbu karang penghalang, dengan kedalaman rata-rata 45 meter. Contoh: Taka
Bone Rate (Sulawesi), Maratua (Kalimantan Selatan), Pulau Dana (NTT), Mapia (Papua)
4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu
(patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai
pulau datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke
permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya
pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman
relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan
Ujung Batu (Aceh)
Sponges (Poriferans)
Sponge adalah organisme dengan struktur tubuh yang
tidak terlalu kompleks dibandingkan dengan semua organisme bersel banyak
lainnya. Sponge umumnya terdiri atas suatu jaringan di lapisan luar
(cortex) dan lapisan dalam yang berserabut dipenuhi dengan irisan-irisan silika
atau kalsium karbonat. Banyak jenis sponge yang ditemui di habitat
karang tubuhnya dipenuhi jaringan hidup bluegreen algae. Pada beberapa
jenis sponge jaringan algae ini menyuplai hampir 100 % kebutuhan
nutriennya. Diperkirakan terdapat sebanyak 10.000 spesies sponge di laut.
Identifikasi sponge sering mengalami kesulitan karena spesies yang sama
seringkali menunjukkan bentuk yang berbeda, tergantung pada kondisi habitatnya.
Ditempat yang tenang dan terlindung, spesies yang sama akan dapat berbeda
bentuknya bila berada di tempat yang berarus kuat di luar terumbu.
Dalam
klasifikasinya, sponge termasuk filum Porifera, kelas Calcarea (Calcerous sponges);
Demospongiae (horn sponges); Scleropongiae (Coralline atau tropical sponges)
dan Hexactinellida (glass sponges). Umumnya sponge adalah golongan
hermaprodit dan berkembang biak secara internal. Hasil pembuahan berbentuk
larva kemudian dilepas berenang bebas dalam air dan melekat pada suatu
substrat atau obyek yang keras (sessile) dan tumbuh sampai menjadi
dewasa. Beberapa individu sponges berbiak secara asexual dengan cara
fragmentasi, badannya yang terbawa arus air ke lokasi lain dan tumbuh
menjadi sponge dewasa.
Indonesia
sebagai negara kepulauan terbesar di dunia tidak bisa dipungkiri bahwa negara
ini memiliki keanekaragaman hayati laut yang banyak. Namun dengan seiringnya
keanekaragaman hayati laut yang banyak tersebut banyak juga permasalahan yang
harus dihadapi. Permasalahan utama yang dihadapi oleh Negara-negara yang
memiliki keanekaragaman hayati laut adalah penurunan jumlah spesies biota-biota
laut. Pada awal tahun 1980an, beberapa ahli di dunia mulai mengetahui bahwa
spesies mulai mengalami kepunahan secara global tak hanya di Indonesia saja.
Kepunahan
ini diketahui terjadi mulai dari 65 juta tahun yang lalu dimulai dari periode
cretaceous dimana ditandai dengan kepunahan dinosaurus. Ini terjadi karena
hasil dari perubahan iklim secara globak, perubahan geologi secara alami dan
kejadian katalistatik. Dengan diketahuinya kepunahan pada spesies-spesies
tertentu mulai lah digalahkan penyelamatan keanekaragaman hayati di laut maupun
di darat. Keanekaragaman hayati laut dan pesisir mulai menjadi perhatian pada
tahun-tahun ini. Karena ekosistem lautan memiliki lebih banyak spesies jika
dibandingkan dengan ekositem yang berada di darat. Maka dari itu pemerintah
mulai mengadakan save our world.
Sumber
:
No comments:
Post a Comment