Seperti yang telah kita ketahui saat ini bahwa penggunaan internet sudah tidak lagi memandang usia, baik dari anak-anak hingga dewasa telah mengenal internet. Internet tidak hanya dijadikan sebagai sumber untuk mencari informasi saja melainkan kebutuhan bagi setiap kalangan user. Internet memang menyediakan fasilitas yang memungkinkan user untuk mendapatkan segala sesuatu yang dibutuhkan, dicari, dan didapatkan dengan bebas tanpa batas. Oleh sebab itu kebanyakan orang betah untuk menghabiskan waktunya untuk online. Walaupun internet memiliki banyak keunggulan dan hal positif yang bisa menambah wawasan dan networking kita namun disamping itu internet juga memiliki dampak yang negatif dilihat dari segi psikologis.
Dalam tulisan saya kali ini saya ingin membahas dampak psikologis internet terhadap user berdasarkan jurnal yang telah saya cari yang berjudul "Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet" yang dibuat oleh Herlina Siwi Widiana dari Fakultas Psikologi UAD, Sofia Retnowati dan Rahma Hidayat dari Fakultas Psikologi UGM.
Dari penelitian yang dilakukan dalam jurnal tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan kecanduan internet. Dan hasilnya diperoleh bahwa hasil uji korelasional antara skor kecenderungan kecanduan internet dengan skor kontrol diri menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.
Kecanduan internet menyerang masuk
sekolah-sekolah, kantor-kantor bahkan rumah-rumah (Young dalam Komputek,
1999b). Young (dalam Suara Merdeka, 1998) menjelaskan bahwa sejumlah orang yang
sebelumnya kecanduan alcohol atau minuman keras lainnya malah beralih ke
internet sebagai pengganti kecanduan yang lebih aman. Bahkan hasil riset yang
disajikan dalam event tahunan American Psychological Association mengemukakan 6
persen dari pemakai internet mengalami kecanduan internet (Jawa Pos, 1999a).
Suler (1996) menyatakan pengguna internet dapat
digolongkan menjadi dua golongan. Pertama, pengguna internet yang menggunakan
internet secara sehat, artinya golongan ini mampu memadukan kehidupan nyata
dengan dunia cyberspace. Individu-individu tersebut membicarakan aktivitas
online dengan keluarga dan teman-teman, menggunakan identitas, minat, dan
keahlian yang sebenarnya dalam komunitas online, menelpon dan bertemu langsung
dengan orang yang dikenal melalui aktivitas online, atau bertemu dengan teman yang
dikenal dalam dunia maya melalui internet. Kedua, pengguan internet yang
menggunakan internet secara tidak sehat. Pada bagian ini individu-individu
memisahkan antara kehidupan nyata dengan dunia cyberspace. Aktivitas cyberspace
menjadi dunia tersendiri, tidak dibicarakan dengan orang-orang dalam
kehidupannya. Pengguna internet yang termasuk dalam golongan kedua akan menjadi
kecanduan terhadap internet.
Young, (1999) mengungkapkan perasaan bergairah,
gembira, dan riang merupakan penguat bentuk kecanduan pada pengguna internet. Pecandu
menemukan perasaan yang menyenangkan seperti bergairah, gembira, berdebar,
bebas, atraktif, merasa didukung, dan dibutuhkan ketika online. Sebaliknya ketika
offline pecandu mendapatkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti merasa
kesepian, tidak terpuaskan, dihalangi, cemas, frustasi, atau sedih. Pada penelitian Young (1996c) diperoleh hasil
subjek merasa tertekan, gelisah dan lekas marah jika tidak berada di depan
komputer.
Secara umum orang
yang mempunyai kontrol diri tinggi akan menggunakan internet secara sehat dan
sesuai dengan keperluannya sehingga tidak menjadi kecanduan, sedangkan orang
yang mempunyai kontrol diri rendah tidak mampu mengatur dan mengarahkan
perilaku onlinenya.
Untuk melihat jurnal dalam bentuk PDF, klik disini:
http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/748
Penggunaan
internet yang mempunyai kontrol diri yang tinggi mampu mengatur penggunaan
internet sehingga tidak tenggelam dalam internet, mampu menggunakan internet
sesuai dengan kebutuhan, mampu memadukan aktivitas online dengan aktivitas-aktivitas lain lain dalam kehidupannya dan
tidak memerlukan internet sebagai tempat untuk melarikan diri dari masalah.
Sedangkan individu yang kontrol dirinya rendah tidak mampu mengarahkan dan
mengatur perilaku. Individu jenis ini tidak mampu mengatur penggunaan internet
sehingga perhatian tertujua pada internet yang tampak dari berharap segera online atau memikirkan aktivitas online, menggunakan internet dengan
waktu yang semakin meningkat untuk memperoleh kepuasan, tidak mampu memadukan
aktivitas online dengan bagian lain dari kehidupannya seperti waktu untuk
belajar, bekerja, dan bersosialisasi dengan orang lain serta menggunakan
internet sebagai tempat untuk melarikan diri dari masalah.
Untuk melihat jurnal dalam bentuk PDF, klik disini:
http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/748