Saturday, November 9, 2013

Dampak Psikologis Internet Terhadap User

Seperti yang telah kita ketahui saat ini bahwa penggunaan internet sudah tidak lagi memandang usia, baik dari anak-anak hingga dewasa telah mengenal internet. Internet tidak hanya dijadikan sebagai sumber untuk mencari informasi saja melainkan kebutuhan bagi setiap kalangan user. Internet memang menyediakan fasilitas yang memungkinkan user untuk mendapatkan segala sesuatu yang dibutuhkan, dicari, dan didapatkan dengan bebas tanpa batas. Oleh sebab itu kebanyakan orang betah untuk menghabiskan waktunya untuk online. Walaupun internet memiliki banyak keunggulan dan hal positif yang bisa menambah wawasan dan networking kita namun disamping itu internet juga memiliki dampak yang negatif dilihat dari segi psikologis.


Dalam tulisan saya kali ini saya ingin membahas dampak psikologis internet terhadap user berdasarkan jurnal yang telah saya cari yang berjudul "Kontrol Diri dan Kecenderungan Kecanduan Internet" yang dibuat oleh Herlina Siwi Widiana dari Fakultas Psikologi UAD, Sofia Retnowati dan Rahma Hidayat dari Fakultas Psikologi UGM.

Dari penelitian yang dilakukan dalam jurnal tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kontrol diri dengan kecenderungan kecanduan internet. Dan hasilnya diperoleh bahwa hasil uji korelasional antara skor kecenderungan kecanduan internet dengan skor kontrol diri menunjukkan adanya hubungan yang signifikan.

Kecanduan internet menyerang masuk sekolah-sekolah, kantor-kantor bahkan rumah-rumah (Young dalam Komputek, 1999b). Young (dalam Suara Merdeka, 1998) menjelaskan bahwa sejumlah orang yang sebelumnya kecanduan alcohol atau minuman keras lainnya malah beralih ke internet sebagai pengganti kecanduan yang lebih aman. Bahkan hasil riset yang disajikan dalam event tahunan American Psychological Association mengemukakan 6 persen dari pemakai internet mengalami kecanduan internet (Jawa Pos, 1999a).

Suler (1996) menyatakan pengguna internet dapat digolongkan menjadi dua golongan. Pertama, pengguna internet yang menggunakan internet secara sehat, artinya golongan ini mampu memadukan kehidupan nyata dengan dunia cyberspace. Individu-individu tersebut membicarakan aktivitas online dengan keluarga dan teman-teman, menggunakan identitas, minat, dan keahlian yang sebenarnya dalam komunitas online, menelpon dan bertemu langsung dengan orang yang dikenal melalui aktivitas online, atau bertemu dengan teman yang dikenal dalam dunia maya melalui internet. Kedua, pengguan internet yang menggunakan internet secara tidak sehat. Pada bagian ini individu-individu memisahkan antara kehidupan nyata dengan dunia cyberspace. Aktivitas cyberspace menjadi dunia tersendiri, tidak dibicarakan dengan orang-orang dalam kehidupannya. Pengguna internet yang termasuk dalam golongan kedua akan menjadi kecanduan terhadap internet.

Young, (1999) mengungkapkan perasaan bergairah, gembira, dan riang merupakan penguat bentuk kecanduan pada pengguna internet. Pecandu menemukan perasaan yang menyenangkan seperti bergairah, gembira, berdebar, bebas, atraktif, merasa didukung, dan dibutuhkan ketika online. Sebaliknya ketika offline pecandu mendapatkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti merasa kesepian, tidak terpuaskan, dihalangi, cemas, frustasi, atau sedih. Pada penelitian Young (1996c) diperoleh hasil subjek merasa tertekan, gelisah dan lekas marah jika tidak berada di depan komputer.

Penggunaan internet yang mempunyai kontrol diri yang tinggi mampu mengatur penggunaan internet sehingga tidak tenggelam dalam internet, mampu menggunakan internet sesuai dengan kebutuhan, mampu memadukan aktivitas online dengan aktivitas-aktivitas lain lain dalam kehidupannya dan tidak memerlukan internet sebagai tempat untuk melarikan diri dari masalah. Sedangkan individu yang kontrol dirinya rendah tidak mampu mengarahkan dan mengatur perilaku. Individu jenis ini tidak mampu mengatur penggunaan internet sehingga perhatian tertujua pada internet yang tampak dari berharap segera online atau memikirkan aktivitas online, menggunakan internet dengan waktu yang semakin meningkat untuk memperoleh kepuasan, tidak mampu memadukan aktivitas online dengan bagian lain dari kehidupannya seperti waktu untuk belajar, bekerja, dan bersosialisasi dengan orang lain serta menggunakan internet sebagai tempat untuk melarikan diri dari masalah.

Secara umum orang yang mempunyai kontrol diri tinggi akan menggunakan internet secara sehat dan sesuai dengan keperluannya sehingga tidak menjadi kecanduan, sedangkan orang yang mempunyai kontrol diri rendah tidak mampu mengatur dan mengarahkan perilaku onlinenya.
 
Untuk melihat jurnal dalam bentuk PDF, klik disini:
http://journal.uad.ac.id/index.php/HUMANITAS/article/view/748